Festival Pawai Ogoh-Ogoh Menyambut Hari Raya Nyepi di ikuti Oleh Ratusan Masyarakat Desa Tulung Harapan

banner 120x600

OKU TIMUR|Lensahukum.com-Sejumlah pemuda mengarak ogoh-ogoh saat parade ogoh-ogoh acara Festival menyambut Hari Raya Nyepi di Desa Tulung Harapan Kecamatan Semendawai Timur,OKU Timur Minggu 10/03/2024.

Kegiatan yang digelar oleh Masyarakat Hindu  Desa Tulung Harapan tersebut menampilkan 2 ogoh-ogoh Patung Kecil dan besar ogoh-ogoh untuk menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1946.

Ogoh-ogoh adalah karya seni patung dalam kebudayaan Bali yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala. Dalam ajaran Hindu Dharma, Bhuta Kala merepresentasikan kekuatan alam semesta dan waktu yang tak terukur dan tak terbantahkan. 

Ogoh-ogoh Juga merupakan suatu representasi dari perwujudan roh jahat ataupun sifat jahat yang ditunjukkan dalam bentuk patung atau boneka besar. Ogoh-ogoh terbuat dari bahan-bahan seperti kertas, gabus sintetis, karet,bambu,besi dan lain sejenisnya.

Ogoh-ogoh dibalut menjadi wadah kreativitas masyarakat Bali dalam menciptakan suatu patung raksasa sebagai tradisi turun-temurun.

Menurut Ketut Karang Selaku Tokoh Agama Hindu Desa Tulung Harapan menjelaskan “nantinya, ogoh-ogoh dipanggul pemuda dengan berbagai latar belakang agama yang mengenakan kaos seragam pemberian panitia pelaksana tradisi pawai ogoh-ogoh. Pakaian tersebut dilengkapi dengan atribut dari agama Hindu, yaitu menggunakan blangkon (udeng) dan jarik batik. Pemuda yang mengguna seragam ini memiliki arti sebagai tanda pengenal dan terlihat kompak sebagai satu kesatuan kelompok pengangkat ogoh-ogoh”

“Kemudian, ogoh-ogoh akan diarak di sepanjang jalan yang sudah ditentukan oleh kelompok masyarakat setempat. Pada setiap perempatan, ogoh-ogoh akan dihentakan ke bawah dan ke atas, lalu diputar sebanyak tiga kali dibarengi musik adat bali. Tindakan dihentakan dan diputar ini memiliki arti untuk memanggil dan menarik perhatian dari roh-roh jahat yang ada di sekitar wilayah setempat. Setelah itu, barulah langkah terakhir pawai ogoh-ogoh adalah dibakar”

“Usai diarak, ketika matahari sudah tenggelam, ogoh-ogoh tersebut dibakar dengan tujuan segala macam bentuk kejelekan dan keburukan yang ada di wilayah setempat dapat lenyap. Dengan begitu, umat Hindu yang akan melaksanakan ibadah nyepi dan esok harinya dapat nyaman dan tenang”ungpanya

Firmansyah Kepala Desa Tulung Harapan saat diwawancarai awak media Lensahukum.com “Bukan hanya umat Hindu saja yang berpartisipasi dalam Meramaikan pawai ogoh-ogoh didesa Tulung Harapan, melainkan masyarakat Desa secara umum, baik beragama Kristen maupun Islam terlibat dalam membuat sukses tradisi ini Sehingga, akan menguatkan rasa toleransi, saling menghormati antar sesama Masyarakat desa Tulung Harapan “Agar rasa persaudaraan semakin dalam dan semakin kental, bahwa kita adalah satu keluarga besar, rumah kita adalah NKRI. Sehingga dengan perbedaan-perbedaan itu akan menjadi hikmah bagi kita, bukan sebagai permusuhan, tapi semakin mengikat tali persaudaraan antar umat berapama,” katanya.

Dalam kesempatan itu, Kepala Desa Tulung Harapan juga mengucapkan selamat Hari Raya Nyepi kepada seluruh umat Hindu. Ia mengatakan, Nyepi merupakan momentum untuk introspeksi diri dalam satu tahun ke belakang, yakni untuk melihat kembali apa yang sudah dilakukan dan apa yang harus diperbaiki ke depannya.ungkapnya